18 Juli 2025
Opini

Melihat dengan Hati yang Bersih: Seni Menilai Tanpa Dendam

Oleh: Fakhrurrazi, Penulis Reflektif dan Meditasi Jiwa

“Kebencian adalah kabut paling tebal yang menutupi cahaya kebenaran.”


OPINI -:Di mata seorang pembenci, apa pun yang kita lakukan akan selalu terlihat salah. Bahkan jika kebaikan telah kita lakukan dengan ikhlas, itu tetap dianggap sandiwara. Kita bukan tidak benar, hanya saja mereka telah kehilangan kemampuan menilai secara objektif. Mereka menimbang dengan dendam, mengukur dengan rasa sakit, dan membaca peristiwa dari balik hati yang telah menghitam.

Dalam realitas sosial kita hari ini, betapa sering orang menilai bukan dengan akal sehat, tetapi dengan perasaan yang belum sembuh. Mereka tidak mencari kebenaran, tetapi pembenaran untuk kebencian yang telah lama disimpan. Padahal, untuk memahami sesuatu secara utuh, seseorang tidak bisa hanya melihat dari satu sisi.

“Siapa yang hanya melihat dari satu sisi, akan tersesat dalam bayangannya sendiri.”

Di sinilah pentingnya kita belajar menilai dari berbagai sudut. Salah satu pendekatan bijak yang bisa digunakan adalah analisa empat sudut pandang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Pendekatan ini mengajarkan kita untuk bersikap adil, jujur dalam berpikir, dan terbuka terhadap kemungkinan.

1. Kekuatan (Strength)
Lihatlah apakah ada nilai positif, niat baik, atau potensi yang sedang dibangun. Mungkin langkah yang diambil seseorang bukan kesempurnaan, tapi keberanian yang patut dihargai.

2. Kelemahan (Weakness)
Kita semua memiliki kekurangan. Alih-alih menjadikannya bahan cemoohan, kelemahan adalah ruang belajar, baik bagi pelaku maupun pengamat. Menertawakan kelemahan orang lain tidak membuat kita lebih kuat.

3. Peluang (Opportunity)
Sering kali di balik keputusan atau tindakan yang tidak kita mengerti, tersembunyi peluang kolaborasi, perbaikan, atau pertumbuhan bersama. Namun sayangnya, orang yang benci tidak akan melihat peluang, melainkan hanya motif untuk menyerang.

4. Ancaman (Threat)
Setiap pilihan punya resiko. Tapi bukan berarti harus ditolak mentah-mentah. Dengan kepala dingin dan analisa matang, ancaman bisa dikelola, bahkan diubah menjadi kekuatan baru.

“Objektivitas lahir dari kejernihan hati, bukan dari kebisingan perasaan.”

Jika kita ingin menjadi pribadi yang adil dan bijaksana, maka kita harus membersihkan hati dari prasangka. Sebab prasangka adalah tembok yang menghalangi kita dari memahami sesama. Dunia tidak butuh lebih banyak penghakiman, tapi lebih banyak pemahaman.

Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk menyukai kita. Namun kita bisa memilih untuk tidak tenggelam dalam energi negatif mereka. Menjadi baik bukan untuk dinilai baik oleh semua orang, tetapi karena itulah yang kita yakini benar.

“Jangan risau dinilai buruk oleh mereka yang tidak tahu isi hatimu. Teruslah melangkah, karena kebenaran tak butuh pengakuan dari kebencian.”

Di akhir tulisan ini, saya mengajak siapa saja untuk memulai perubahan dari dalam. Mari kita biasakan diri menilai dengan adil, berbicara dengan hati, dan bertindak dengan akal sehat. Jangan biarkan luka pribadi menjelma menjadi kebencian kolektif yang melukai banyak hal.

Sebab, sebagaimana kata orang bijak:

“Kita tidak selalu bisa mengubah pandangan orang lain, tetapi kita selalu bisa menjaga cara pandang kita sendiri.”

Tentang Penulis:
Fakhrurrazi adalah seorang penulis refleksi yang karyanya banyak mengupas sisi batin manusia, realitas sosial, dan makna di balik setiap peristiwa. Ia percaya bahwa perubahan besar berawal dari kesadaran kecil dalam diri.