Fenomena Budaya Populer Gen-Z Indonesia di Idul Fitri: Antara Ekspresi dan Tasyabbuh
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Idul Fitri merupakan momen sakral bagi umat Islam yang identik dengan saling memaafkan, silaturahmi, dan ekspresi kebahagiaan setelah sebulan penuh menjalani ibadah Ramadan. Namun, pada Idul Fitri tahun ini, fenomena menarik sekaligus memunculkan perdebatan muncul di kalangan masyarakat, khususnya dari kalangan Gen-Z Indonesia. Beberapa ekspresi Idul Fitri mereka, seperti pose tangan tiga jari "????" dan tradisi antre angpao dengan iringan musik atau gerakan tertentu, dikritik karena dianggap meniru budaya Yahudi atau budaya asing non-Islami.
Simbol Tangan Tiga Jari: Makna dan Asal Usul
Gerakan tangan tiga jari yang seringkali digunakan oleh Gen-Z dalam video ucapan Idul Fitri di media sosial sebenarnya menyerupai simbol "I Love You" dalam bahasa isyarat American Sign Language (ASL). Tiga jari yang diangkat—jempol, telunjuk, dan kelingking—merupakan akronim visual dari huruf-huruf I, L, dan Y.
Namun, beberapa kelompok menilai bahwa simbol ini juga mirip dengan salah satu simbol yang digunakan dalam budaya populer Barat, termasuk dalam beberapa ritual atau simbol Zionis, meskipun secara historis tidak ada bukti kuat yang menghubungkannya secara langsung dengan Yahudi Ortodoks atau ritus keagamaan mereka.
Beberapa umat Islam mengkhawatirkan adanya unsur tasyabbuh atau penyerupaan terhadap budaya non-Islam yang bisa menimbulkan kekaburan identitas dan nilai. Dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:
> "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka."
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Namun, para ulama juga menjelaskan bahwa tasyabbuh dilarang jika peniruan tersebut berkaitan dengan unsur ritual atau identitas khusus agama lain. Jika simbol atau gerakan sudah menjadi bagian dari budaya umum (non-ritual), maka hukumnya bisa berubah menjadi mubah, tergantung niat dan konteks penggunaannya.
Fenomena Antrean Angpao ala Tarian Yahudi
Selain simbol tangan, viral juga video Gen-Z yang membuat barisan panjang saat antre angpao sambil menari mengikuti irama musik. Gerakan ini dinilai mirip dengan "Hora Dance", yaitu tarian tradisional Yahudi yang biasanya dilakukan secara melingkar dan bergandengan tangan dalam pesta pernikahan atau perayaan.
Budaya Populer vs Identitas Keislaman
Fenomena ini memperlihatkan betapa cepatnya budaya populer global menyerap ke dalam gaya hidup generasi muda. Platform seperti TikTok dan Instagram menjadikan ekspresi visual dan gerakan menjadi tren yang diikuti tanpa banyak berpikir soal makna atau asal usulnya.
Sebagai umat Islam, penting untuk memiliki kesadaran budaya (cultural awareness) agar ekspresi kebahagiaan tidak sampai melenceng dari nilai-nilai Islam. Islam tidak menolak ekspresi dan kreativitas, tetapi menuntun umatnya agar selalu menjaga identitas dan tidak kehilangan makna dari setiap perayaan, terutama Idul Fitri yang penuh hikmah spiritual.
Perlu adanya edukasi yang lembut dan menyeluruh kepada generasi muda tentang makna simbol, batas-batas tasyabbuh, dan pentingnya menjaga nilai-nilai Islam dalam berbudaya. Orang tua, guru, dan tokoh agama memiliki peran penting dalam membimbing tanpa harus menghakimi, agar generasi muda bisa bijak dalam mengekspresikan diri di era media sosial ini. (Tgk. Mulyadi)