09 Juni 2025
Opini

Jangan Beri Jabatan kepada yang Meminta

Belajar dari Nabi Yusuf AS dan Pesan Ulama Pewaris Nabi

Oleh: Tgk. Muhammad Dastur, S.Ag., M.H.
Pimpinan Pesantren Darul Munawwarah 5 Buket Juara, Idi Rayek, Aceh Timur

OPINI - "Kalau seseorang sudah minta jabatan, maka patutlah kita curiga ada sesuatu yang sedang ia incar." K.H. Zainuddin MZ. 

Dalam sejarah Islam, jabatan bukan sesuatu yang dikejar. Ia bukan pangkat yang dilobi, apalagi kursi yang diburu demi gengsi. Jabatan adalah amanah beban berat yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Lihatlah bagaimana Nabi Yusuf AS. Beliau bukan orang yang haus kekuasaan. Tetapi ketika negara berada di ambang krisis, dan tidak ada yang sanggup menangani urusan logistik pangan, beliau menawarkan dirinya sebagai solusi:

> “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55)

Itu pun setelah raja terlebih dahulu mengakui kapasitas dan integritasnya. Bukan karena Yusuf mengejar jabatan, tapi karena keadaan menuntut solusi. Inilah teladan bahwa jabatan itu bukan diminta, tapi datang kepada orang yang pantas.

Ulama Pewaris Nabi: Tegas Menolak Ambisi Dunia

K.H. Zainuddin MZ dengan lugas mengingatkan kita bahwa orang yang meminta jabatan pantas dicurigai. Sebab, kata beliau, "Kalau sudah minta, pasti ada pamrih." Ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW:

“Wahai Abdurrahman bin Samurah! Janganlah engkau meminta jabatan. Karena jika diberi karena permintaan, engkau akan dibiarkan sendiri. Tapi jika engkau diberi tanpa memintanya, maka engkau akan dibantu.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Buya Hamka pun berkata:

“Kebesaran bukanlah pada pangkat dan jabatan, tetapi pada keberanian memikul amanah tanpa mengkhianati kepercayaan.”

Ulama kita di Aceh pun tak sedikit yang menunjukkan laku zuhud terhadap kekuasaan. Abuya Muda Waly berkata:

 “Pangkat dan jabatan tidak akan menambah derajat kita di sisi Allah, kecuali jika jabatan itu dipakai untuk memperjuangkan agama dan memperbaiki umat.”

Bahkan, Syekh Muhammad Waly (adik Abuya Muda Waly) pernah menyindir halus dalam satu pengajiannya di Labuhan Haji:

“Orang yang benar dalam hatinya, ia lari dari dunia, bukan mengejarnya. Tapi orang yang tipis imannya, ia kejar dunia sampai akhirat pun terlupa.”

Waspada, Jabatan Bisa Menyesatkan

Abu H. Usman bin Ali (Abu Kuta Krueng), ulama kharismatik Aceh, sering mengingatkan murid-muridnya:

"Orang yang menikah bisa terikat oleh satu janji; tapi orang yang cari jabatan bisa terikat oleh api neraka".

Betapa banyak pemimpin hari ini yang mengejar jabatan bukan untuk melayani, tapi untuk dikelilingi pujian. Jabatan dijadikan tameng pencitraan, bukan ladang pengabdian. Inilah yang membuat negeri porak poranda karena yang naik ke atas bukan yang layak, tapi yang lihai menyusun siasat.

Kembalikan Jabatan kepada Nilai Amanah

Umat ini tidak membutuhkan pemimpin yang lihai berbicara di depan kamera. Umat ini rindu sosok seperti Umar bin Khattab yang menangis saat dilantik, karena takut tidak adil.

Jika seseorang pantas, jabatan akan datang kepadanya. Kalau belum tiba, mungkin belum saatnya. Jangan memaksakan kehendak, apalagi dengan permainan lobi dan sogokan. Karena sebagaimana dikatakan Abi Syahrul Mizan,S.Ag, ahli makrifat dari Paya Cut, Matang Geulumpang Dua :

“Satu kursi yang diduduki dengan ambisi akan membakar kita dengan api dunia dan akhirat, kecuali jika kita duduk di atasnya dengan niat suci.”

Saatnya Kita Memilih yang Tak Memilih Dirinya Sendiri

Wahai para pemangku amanah, pejabat publik, dan tokoh masyarakat ingatlah, jabatan bukanlah kemuliaan, tetapi ujian. Jangan cari mereka yang mengejar jabatan. Carilah mereka yang berlari dari kekuasaan, tapi dikejar oleh kepercayaan umat.

 "Kalau kamu kejar jabatan, maka kamu akan kehilangan keikhlasan. Tapi kalau kamu kejar keikhlasan, jabatan akan datang kepadamu dalam bentuk berkah.” Tgk. Muhammad Dastur. 

Semoga negeri ini diberi pemimpin-pemimpin yang bukan hanya cerdas secara duniawi, tapi juga bersih hati dan takut kepada Allah. Sebab, hanya dengan itu, keadilan dan keberkahan bisa hadir kembali di bumi kita yang tercinta.