08 Agustus 2025
Proh Cakra

Dari Tuwaga Kupi ke Meja Jaksa: Obrolan Bansos Pawang Beurandeh dan Polem Beuransah yang Tak Bisa Diredam

PROHCAKRA - Di bawah langit mendung kawasan Meureudu, angin semilir membawa aroma padi dari hamparan sawah di belakang TUWAGA Kopi, warung sederhana tempat rakyat biasa meneguk kopi dan mengguyur keresahan lewat canda.

Di meja panjang dari kayu bekas panggung kampanye itu, duduk Pawang Beurandeh dan Polem Beuransah, dua tokoh warung yang tak pernah kehabisan bahan omongan. 

Tapi kali ini, mereka tak hanya tertawa soal jalan berlubang dan harga cabe. Sorotan mereka tertuju ke Kantor Kejaksaan Negeri Pidie Jaya, yang sejak seminggu lalu ramai diperbincangkan bukan karena seremonial, tapi karena penyidikan serius terhadap dugaan korupsi bansos.

Pawang: "Kali ini lain, Polem. Jaksa bukan cuma turun tangan, tapi turun hati." 

Polem: "Iya, biasanya cuma acara periksa laporan, sekarang langsung surati orangnya, minta dokumen, gali keterangan. Ini baru bukan main-main." 

Pawang: "Bendahara, Kabid, TKSK… semua masuk daftar periksa." 

Polem: "Serasa pembersihan sawah, Pawang. Bukan pilih-pilih rumput, tapi dicabut sampai ke akar." 

Pawang: "Katanya, ruang penyelidikan Kejari tak pernah sepi." 

Polem: "Kalau dulu ruang itu penuh waktu acara serah-terima jabatan, sekarang penuh karena rakyat menunggu keadilan." 

Pawang: "Surat perintah penyelidikan sudah resmi. Gak ada lagi cerita selip di bawah meja." 

Polem: "Dan katanya, mereka cek juga dana dari kementerian. Bukan cuma APBK. Ini level nasional, bukan sembarang pecah anggaran warung kopi." 

Pawang: "Yang diperiksa disuruh bawa dokumen, bukan sekadar datang ngopi." 

Polem: "Berarti jaksa tak mau dengar cerita saja, tapi cari bukti. Biar pengakuan bukan cuma manis di lidah, tapi kuat di berkas." 

Pawang: "Plt Kadis yg sudah berulang kali berganti surat perintah tugasnya, sempat disebut-sebut juga, kan?" 

Polem: "Iya. Walau belum dipanggil, tapi posisinya pasti dalam radar. Jaksa pintar, tak teriak dulu, tapi langkahnya pasti." 

Pawang: "Kau perhatiin gak, Polem. Gak ada bocoran aneh-aneh dari dalam kantor kejaksaan.” 

Polem: "Itu tandanya mereka kerja diam-diam, bukan bikin panggung. Kalau panggung, pasti ada mic dan backdrop." 

Pawang: "Aku rasa jaksa di Pidie Jaya kali ini punya nyali dan nurani." 

Polem: "Setuju. Karena kalau jaksa cuma jadi tamu kehormatan proyek, rakyat tetap jadi korban musiman." 

Pawang: "Rakyat butuh bukti bahwa hukum bisa melindungi mereka, bukan cuma melayani elit." 

Polem: "Dan sekarang jaksa sedang menulis bukti itu. Bukan dengan pena, tapi dengan tindakan." 

Pawang: "Kau tahu, Polem… kopi di TUWAGA ini terasa lebih nikmat waktu kita tahu ada pejabat yang mulai gelisah karena takut hukum." 

Polem: "Betul. Karena bukan hanya rakyat yang harus susah tidur menunggu bansos, sekarang oknum pejabat pun gelisah menunggu giliran." 

Pawang: "Kalau sampai kasus ini dibongkar habis-habisan, kita harus traktir kopi semua petugas kejaksaan!" 

Polem: "Asal jangan traktir pakai dana bansos, Pawang. Nanti kita ikut diperiksa juga." *