Said Malawi, Profesional Migas dengan Rekam Jejak Internasional dan Dedikasi pada Aceh
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Said Malawi, seorang putra Pidie Jaya, Aceh yang berpengalaman luas di bidang minyak dan gas (migas), telah menunjukkan kompetensi tinggi dalam karir profesionalnya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Saat ini, Said menjabat sebagai Commissioning & Start-Up Manager di PT JGC Indonesia, sebuah posisi strategis yang mengawal dan memimpin pengelolaan proyek migas di Indonesia. Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai LNG S&L Supervisor di Qatargas, salah satu perusahaan energi terbesar di dunia.
Di bidang pendidikan, Said menyelesaikan studi Teknik Mesin di Universitas Negeri Medan (Univa) dan Politeknik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Ia juga meraih gelar Magister Manajemen dengan predikat Cumlaude dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala. Tak hanya unggul secara teknis, Said memiliki keahlian manajerial yang terbukti selama kariernya, membuatnya layak menjadi sosok yang diandalkan untuk memajukan industri migas di Aceh.
Said juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, termasuk menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar (PERMIQA) dan Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Pidie Jaya (BAMUS) di Jakarta. Kontribusinya di sektor organisasi menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap komunitas dan upaya untuk memajukan Aceh.
Berbagai penghargaan membuktikan kiprah Said di dunia migas. Salah satunya adalah penunjukan sebagai Commissioning and Startup Manager untuk Terminal LNG Sumbawa dan Regasifikasi pada 2023. Selain itu, ia juga aktif sebagai pembicara dalam seminar nasional, seperti di Politeknik Lhokseumawe, Aceh. Pada tingkat internasional, ia menjadi anggota panitia Forum Bisnis Indonesia di Qatar, yang disponsori oleh KBRI, serta berperan dalam memfasilitasi kunjungan pemerintah Aceh ke Qatar.
Dedikasi Said terhadap pembangunan Aceh terlihat dari berbagai inisiatifnya, termasuk diskusi strategis dengan Wali Nanggroe Aceh untuk menarik investasi. Ia juga berpartisipasi dalam acara budaya seperti Festival Warisan Budaya Nusantara di Borobudur sebagai perwakilan Kesultanan Aceh, yang semakin menegaskan kecintaannya terhadap budaya dan tanah kelahirannya.
Selama di Qatar, Said menerima berbagai penghargaan dari Qatargas atas kontribusinya, seperti keberhasilan menyelesaikan Shutdown Train-6 LNG Qatargas dengan standar keselamatan tinggi. Ia juga terlibat dalam proyek besar seperti Commissioning dan Start-up Dermaga LPG Ras Laffan pada 2006, yang menunjukkan keahlian teknisnya dalam proyek migas berskala besar.
Di bidang sosial, Said menjadi teladan bagi masyarakat diaspora Indonesia. Ia menjadi delegasi dalam Kongres Diaspora Indonesia di Los Angeles pada 2012 dan aktif memfasilitasi kerja sama antara pemerintah Aceh dengan berbagai pihak di Qatar. Dalam negeri, ia kerap menjadi pembicara diskusi publik, salah satunya bertema "Menakar Potensi Besar Energi Aceh" yang diadakan Dewan Mahasiswa Aceh.
Dengan pengalaman dan visi yang jelas, Said Malawi adalah sosok yang diharapkan mampu memberikan kontribusi besar untuk pembangunan Aceh, khususnya di sektor migas. Rekam jejaknya menunjukkan dedikasi tinggi untuk membawa nama Aceh ke panggung nasional dan internasional. (TS)