16 November 2025
Tokoh/ Sosok

Pahlawan Masa Kini: Menjaga Amanah, Melawan Korupsi, Menegakkan Keadilan

Foto : Dok. Google Image/Ilustrasi/foto freepik | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDKemerdekaan Indonesia tidak pernah datang sebagai hadiah, tetapi lahir dari perjuangan panjang yang disiram darah dan air mata. Dari ujung barat nusantara, Aceh menjadi saksi lahirnya semangat yang tak pernah padam. Negeri para syuhada dan pejuang ini menorehkan nama-nama besar dalam sejarah bangsa, para pahlawan yang berjuang dengan keberanian, kecerdikan, dan keikhlasan tanpa pamrih.

Setiap 10 November, bangsa Indonesia kembali menundukkan kepala dalam hening. Hari Pahlawan bukan sekadar seremoni, tetapi momentum untuk meneladani jiwa mereka yang rela mengorbankan segalanya demi kemerdekaan. Tahun 2025, peringatan hari pahlawan mengusung tema “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan.” Sebuah pengingat bahwa perjuangan tidak pernah berakhir, hanya berganti bentuk.

Aceh adalah tanah yang menyimpan denyut perjuangan itu. Dari Cut Nyak Dhien hingga Teuku Muhammad Hasan, setiap nama memantulkan makna kepahlawanan yang berbeda. Mereka bukan sekadar tokoh sejarah, tapi cermin nilai-nilai luhur bangsa yang terus hidup di dada generasi penerus.

Sosok Cut Nyak Dhien menjadi simbol perempuan tangguh yang tak gentar menghadapi penindasan. Setelah suaminya, Teuku Umar, gugur, ia meneruskan perjuangan dengan semangat yang tak pernah pudar meski dalam usia senja. Di dalam dirinya, bangsa ini belajar arti keteguhan dan kesetiaan terhadap tanah air.

Lalu ada Cut Nyak Meutia, pejuang dari Aceh Utara yang tak gentar menghadapi pasukan Belanda hingga akhir hayatnya. Keberaniannya menjadi penegas bahwa perempuan memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan, berdiri sejajar dengan laki-laki di garis terdepan sejarah.

Dari samudra, muncul nama Laksamana Malahayati, perempuan pertama di dunia yang menyandang pangkat laksamana. Ia memimpin pasukan Inong Balee dan menewaskan Cornelis de Houtman di lautan. Malahayati menulis babak sejarah yang menunjukkan bahwa kepemimpinan dan keberanian tidak mengenal jenis kelamin.

Teuku Umar dan Teuku Chik di Tiro menjadi simbol kecerdikan dan keimanan dalam perjuangan. Umar dikenal dengan strategi liciknya terhadap Belanda, sementara Chik di Tiro mengobarkan semangat jihad dan menjadi panutan rakyat dalam perlawanan bersenjata.

Di masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Muda memimpin dengan kebijaksanaan dan kekuatan. Di bawah pemerintahannya, Aceh menjadi kekuatan maritim yang disegani dunia, menanamkan nilai keadilan dan kepemimpinan sejati yang terus diwariskan.

Perjuangan itu diteruskan oleh tokoh-tokoh seperti Panglima Polem, Teuku Nyak Arif, dan Teuku Muhammad Hasan. Teuku Nyak Arif dikenang sebagai gubernur pertama Aceh yang jujur dan berintegritas tinggi. Sedangkan Teuku Muhammad Hasan menjadi Gubernur pertama Sumatera -Aceh yang diangkat langsung oleh Presiden Soekarno pada 1945. Ia juga anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang ikut merancang dasar negara dan menegaskan kemerdekaan melalui diplomasi, bukan peluru.

Kini, perjuangan tidak lagi dilakukan di medan perang, tetapi di ruang kerja, ruang publik, dan hati nurani. Pahlawan masa kini adalah mereka yang menjaga amanah, berjuang melawan korupsi, menegakkan keadilan, dan bekerja dengan hati. Mereka yang menolak menyerah pada ketidakjujuran adalah pewaris sejati semangat para pahlawan.

Api perjuangan itu tidak pernah padam. Ia terus menyala di dada generasi muda, di setiap langkah kecil menuju perubahan. Dari tanah rencong hingga seluruh penjuru negeri, semangat itu tetap hidup menuntun Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, merdeka dalam pikiran, dan tegak dalam kejujuran. (TS)