Fonomena Money Politic Pilkades
Foto : Ilustrasi | LIPUTAN GAMPONG NEWS
Oleh : Diva Nadia
Mahasiswi Ilmu Politik UIN Ar-raniry Banda Aceh
OPINI - Sebelum lebih lanjut ke pembahasan money politik pilkades, saya akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu menyangkut dengan fenomena politik. Menurut (Waluyo,2011:18) Fenomena adalah rangkaian peristiwa fakta serta bentuk keadaan yang dapat diamati serta dinilai lewat kaca mata disiplin ilmu tertentu. Sedangkan politik itu sendiri seperti yang disebut oleh peter merkl, politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan (politics, at its best is a noble quest for a good order justice).
Pilkades ialah salah satu bentuk pesta demokrasi yang begitu merakyat. Pemilu tingkat desa ini merupakan ajang kompetisi politik yang begitu mengena kalau dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran politik bagi masyarakat yang mungkin masih sedikit awam. Pada pilkades ini, masyarakat yang akan menentukan siapa pemimpin desanya selama 6 tahun ke depan. Banyak bentuk pesta demokrasi yang telah digelar dalam kehidupan politik kita sekarang. seperti Pilpres, Pilkada Gubernur, Pilkada Bupati dan Pemilu Legeslatif, pilkades. Dan yang paling menariknya pada kesempatan ini saya akan mencoba membahas tentang fenomena money politic pilkades.
Disebagian pendesaan menurut pandangan dan apa yang sudah saya lihat seperti di pilkades desa saya, sungguh sangat banyak sekali orang yang mungkin, dan itu memang nyata adanya orang-orang yang tergila-gila mencalonkan diri agar memiliki gelar menjadi kepala desa. Dan tidak mustahil jika money politic di pilkades tersebut sekitar 80% akan dilakukan. Salah satu faktor terjadinya hal tersebut ialah karena banyaknya saingan yang memng harus disingkirkan oleh salah satu calon.
Fenomena money politic dalam pemilu bukan hal baru, fenomena ini sudah ada di pilkades, selama saya amati hal tersebut terjadi sejak 10 Tahun yang lalu. Politik uang tumbuh subur didukung oleh kecenderunganan masyarakat yang semakin terbuka (permisif), membebask money politic tidak hanya berimpilkasi melahirkan politisi korup namun juga berakibat tercederainya suatu pemilihan yang demokratis. Dimana yang sebenarnya ilmu perpolitikan itu sangatlahbaik, dan justru malah sebaliknya, banyak oknum-oknum yang mempraktekkan dengan buruk dan tidak sesuai dengan ketentuan. Sehingga banyak diantara masyarakat yang awam menganggap bahwa politik itu tidak baik bahkan mereka menganggap bahwa politik itu dilirang dalam Agama.
Money politic justru sudah dijadikan sebagai budaya pemilu, semua orang memperjuangkan untuk kemenangannya dan bahkan rela berhutang untuk mendapatkan modal, seperti sedang berbisnis saja. Bahasa kerennya juga disebut dengan serangan fajar yang artinya bahwa money politic untuk membeli suara masyarakat. Serangan fajar itu sering muncul saat penyelenggaraan pemilu beberapa hari sebelum pencoblosan, bahkan beberapa jam, tim sukses pilkades ataupun calon akan berkeliling ke rumah-rumah. Diam-diam, mereka membagikan bingkisan berupa amplop atau sembako. Harapannya agar masyarakat memilih atau calon tertentu. Tidak hanya itu adajuga sebahgian akan disogok dengan segelas kopi dan juga satu bungkus rokok Magnum, ada juga yang menjajikan kalau saja terpilih ia akan membuat makan besar-besaran pastinya dengan tawaran makan dengan daging kambing. Segala cara dan upaya pasti akan dilakukan demi jabatan tersebut.
Dan sayangnya 65% masyarakat tergiur dengan serangan fajar tersebut, padahal percuma yang dikasih juga tidak seberapa dengan apa yang akan terjadi kedepannya, kalau kepela desanya berperan dengan bagus Alhamdulillah, namun yang terjadi sekarang adalah kebalikan dari hal tersebut, kebanyakan tidak sesuai dengan jalaur yang telah ditetapkan.
Sebagai masyarakat yang pastinya 65% sudah mengerti tentang politik yang baik dan bagus kewajibannya ialah kita harus membenarnya 35% orang lagi untuk kita pengeruhi kedalam hal-hal yang positif jangan sampai hanya karena serangan fajar kita sanggup menggadaikan kesalahan yang akan terjadi dengan waktu yang sangat lama tentunya. Dan teruntuk para calon yang ingin mendapatkan jabatan yang diimpikan cobalah melalui jalan yang benar, dan bersaing dengan cara yang sehat. Kalau kita sama-sama menjaga dan tidak buta dengan hal-hal yang negative pasti akan berjalan dengan damai dan berkah, jangan sampai Bak kata pepatah “karena setitik nila, rusak susu sebelangan”.
"Jangan lupa jabatan di dunia hanya untuk sementara, dan jangan sampai hanya karena kenikmatan semata kita lupa dengan segala balasan azab di Neraka. Berpolitiklah dengan baik dan benar restu dan riza Allah jangan lupa."