Pejabat Publik Pidie Jaya Senang Dipuji, Alergi Kritikan
OPINI - Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan di Pidie Jaya adalah sikap sebagian pejabat publik yang sangat senang dipuji tetapi alergi terhadap kritik. Seolah-olah pujian adalah hak yang harus diberikan kepada mereka, sementara kritik dianggap sebagai bentuk permusuhan atau penghinaan. Padahal, dalam Islam, pujian yang berlebihan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam sifat takabur, sedangkan kritik yang membangun adalah bagian dari nasihat untuk kebaikan bersama.
Pujian yang Berlebihan Menyesatkan
Dalam Islam, Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa pujian yang berlebihan dapat membahayakan seseorang. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy'ari, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika kalian melihat ada orang yang suka memuji-muji orang lain, maka taburkanlah tanah ke wajahnya." (HR. Muslim No. 3002).
Hadis ini menunjukkan bahwa pujian yang berlebihan bisa membuat seseorang terbuai dan lupa akan tanggung jawab serta tugasnya. Pejabat yang terlalu menikmati pujian akan kehilangan sikap kritis terhadap dirinya sendiri dan cenderung mengabaikan suara rakyat yang seharusnya didengarkan.
Allah juga mengingatkan dalam Al-Qur'an bahwa sifat ujub (bangga diri) adalah bagian dari tipu daya yang dapat menyesatkan manusia:
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19).
Seorang pemimpin yang selalu ingin dipuji akan cenderung lupa akan hakikat jabatannya sebagai amanah dari Allah. Ia akan lebih mementingkan pencitraan daripada kerja nyata, lebih sibuk membangun citra baik di media sosial daripada benar-benar melayani masyarakat.
Kritik Adalah Bagian dari Nasihat
Di sisi lain, kritik sering dianggap sebagai serangan pribadi atau bentuk kebencian. Padahal, dalam Islam, kritik yang baik adalah bagian dari nasihat yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Agama adalah nasihat." Kami bertanya, "Bagi siapa?" Beliau menjawab, "Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan bagi kaum muslimin secara umum." (HR. Muslim No. 55).
Umar bin Khattab r.a., salah satu pemimpin terbaik dalam sejarah Islam, selalu membuka pintu kritik. Beliau pernah berkata:
"Tidak ada kebaikan dalam diri kalian jika kalian tidak menyampaikan nasihat kepada kami, dan tidak ada kebaikan dalam diri kami jika kami tidak mau menerima nasihat dari kalian."
Kritik yang membangun adalah bentuk kontrol sosial agar seorang pejabat tetap berada di jalur yang benar. Seorang pemimpin yang menolak kritik berarti menutup pintu perbaikan dan berpotensi terjerumus ke dalam kesalahan yang berulang.
Pejabat yang Benar Tidak Takut Kritik
Pejabat publik di Pidie Jaya, atau di mana pun, seharusnya memiliki mental yang kuat dalam menerima kritik. Seorang pemimpin sejati tidak takut dikritik, karena ia memahami bahwa kritik adalah bagian dari evaluasi dan refleksi diri.
Jika seorang pejabat lebih senang dipuja dan marah saat dikritik, itu pertanda bahwa ia lebih mementingkan ego daripada kepentingan masyarakat. Maka dari itu, sudah saatnya para pejabat di Pidie Jaya membuka diri terhadap kritik yang membangun dan tidak hanya sibuk mengumpulkan pujian kosong.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib r.a.:
"Orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah pemimpin yang zalim dan tidak menerima nasihat."
"Racun yang paling mematikan adalah pujian"
Semoga pejabat publik di Pidie Jaya lebih bijaksana dalam menyikapi kritik dan tidak terlalu terlena dengan pujian. Karena dalam setiap jabatan ada amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Oleh. Tgk. Mulyadi
Tokoh Masyarakat Pidie Jaya