Pawang Beurandeh & Polem Beuransah: Saat Emas Lebih Menggiurkan dari Ikan dan Udang, Bekonya Pun Lupa Arah Laut
PROHCAKRA - Pawang Beurandeh & Polem Beuransah lagi duduk di tepi sawah sambil makan gorengan, membahas soal excavator (beko) hibah KKP milik Pemkab Pidie Jaya yang disewakan ke penambang emas ilegal, lalu disita polisi dan “dititip” di kantor PU, bukan ke Polres.
Polem Beuransah: “Pawang, dengar-dengar si Beko ditangkap polisi, ya?”
Pawang Beurandeh: “Iya, tapi dia bukan maling. Cuma salah jurusan, harusnya ngeruk laut dan tambak, eh disuruh ngeruk emas ilegal!”
Pawang: “Itu beko hibah Kementerian Kelautan.”
Polem: “Lah kok nyasar ke tambang ilegal? Jangan-jangan dia nyari kerang emas?”
Polem: “Disita polisi, tapi gak dibawa ke Polres.”
Pawang: “Wajar, Polem. Mungkin Polres belum punya garasi buat beko. Jadi dititip di kantor PU, biar serasa pulang kampung.”
Pawang: “Aneh ya. Bekonya ditahan, yang nyewain malah jalan-jalan sore.”
Polem: “Di negeri ini, yang kerja disiksa, yang nyuruh keenakan tidur siang.”
Polem: “Itu beko sudah tua, Pawang. Harusnya pensiun damai.”
Pawang: “Iya, malah dijadikan sapi perah tambang emas ilegal. Nasib alat negara: diperah, diseret, ditinggal.”
Pawang: “Jadi aset nelayan, kok dipakai di hutan?”
Polem: “Namanya juga inovasi daerah, dari laut ke lubang, dari program ke ngibul.”
Polem: “Padahal rakyat susah dapat traktor sawah.”
Pawang: “Lah ini beko buat nelayan malah ngais emas buat si BOS.”
Pawang: “Harusnya jadi alat pembangunan, malah jadi saksi kejahatan.”
Polem: “Tenang. Beko gak bisa ngomong, tapi kalau bisa, pasti udah tulis thread di X.”
Polem: “Disita tapi cuma dititip? Ini beko atau koper pejabat?”
Pawang: “Lebih kayak mantan pacar. Masih dititip, tapi gak diaku.”
Pawang: “Kata pejabat, beko itu dipinjam tanpa izin.”
Polem: “Ah sudahlah. Di dunia gelap tambang, gak ada yang ‘tanpa sengaja’.”
Polem: “Kita rakyat disuruh transparan. Mereka? Nyaru di balik surat tugas.”
Pawang: “Surat tugasnya buat nelayan, isinya tambang. Enak banget tipu rakyat pakai kertas berkop surat dinas.”
Pawang: “Tau gak, beko itu kalau bisa ngomong pasti bilang, ‘Saya dijebak, Pak Polisi!"
Polem: “Mirip banget gaya pelaku korupsi.”
Polem: “Gorengan ini masih panas, Pawang.”
Pawang: “Iya, masih lebih panas dari dokumen sewa beko yang hilang.”
Pawang: “Kasus ini ditangani? Atau cuma dititip kayak bekonya?”
Polem: “Ditangani, tapi pakai sarung tangan anti jejak.”
Polem: “Aset negara kok bisa nyelonong ke tambang ilegal?”
Pawang: “Karena yang ngawasin ngopi dulu, nunggu viral baru sibuk.”
Pawang: “Lucunya, gak ada yang tau siapa yang bawa beko ke tambang.”
Polem: “Karena semua sibuk nyari sinyal saat ditanya wartawan.”
Polem: “Katanya digitalisasi aset.”
Pawang: “Mungkin di-upload ke tambang.go.id.”
Pawang: “Ini beko atau ninja? Bisa tembus hutan tanpa terpantau.”
Polem: “Bisa jadi, dia pakai mode siluman.”
Polem: “Kantor DKP daem aja?”
Pawang: “Ya, mereka masih diskusi, tanggung jawab siapa, kopi siapa.”
Pawang: “Kapan rakyat bisa punya beko untuk rehab tambak?”
Polem: “Kalau rakyat punya beko, takutnya malah disita karena gak punya kenalan.”
Polem: “Beko disita karena masuk ke tambang emas ilegal.”
Pawang: “Pejabat masuk ke tambang legal, tapi ilegal secara moral.”
Pawang: “Nanti kalau ada kunjungan menteri, beko dipajang lagi, kan?”
Polem: “Pasti. Dicat ulang, dikasih bunga. Kamera nyala, hati mati.”
Polem: “Kalau saya jadi beko, saya mogok total!”
Pawang: “Gak bisa, Polem. Kalau mogok, dibilang rusak dan dijual ke pihak ketiga.”
Pawang: “Mereka bilang gak tau bekonya kemana.”
Polem: “Klasik. Alat bisa jalan, hati nurani tetap parkir.”
Polem Beuransah: “Akhirnya, yang dituduh cuma bekonya.”
Pawang Beurandeh: “Padahal dalangnya jelas: manusia. Tapi manusia kan licin, gak bisa digarasi.”