13 Juni 2025
Puisi & Cerpen

Dongeng Lucu di Negeri Entah Berantah: Ketika Perampokan Jadi Kebijakan Resmi

Foto : Istimewa (Ilustrasi) | LIPUTAN GAMPONG NEWS

By. Teuku Maimun

Di sebuah negeri yang entah berantah, hiduplah rakyat yang rajin bekerja. Ada petani, pedagang, dokter, bahkan penjual bakso—semua sibuk mencari nafkah. Tapi di negeri ajaib ini, ada sesuatu yang unik: perampokan bukanlah kejahatan, melainkan kebijakan resmi yang dikelola oleh lembaga terhormat!  

Sang Perampok Berjubah Resmi.
Setiap bulan, para warga harus merelakan sebagian uangnya "dikontribusikan" untuk "pembangunan". Padahal, mereka tahu betul uang itu masuk ke kantong-kantong ajaib yang entah ke mana. Lucunya, semua ini dibungkus rapi dengan regulasi, undang-undang, dan stempel-stempel megah.  

*Ini bukan perampokan, Saudara-saudara! Ini partisipasi mulia!" teriak para pejabat sambil tersenyum manis.  

Rakyat hanya bisa menghela napas. Mau protes? Ada pasal mengerikan yang siap menghukum. Mau kabur? Mustahil, karena semua transaksi diawasi ketat.  

Laporan Tahunan: "Silakan Laporkan Berapa Yang Kami Rampok!"
Nah, yang paling menggelikan adalah ritual tahunan dimana setiap warga dan usaha wajib melaporkan berapa banyak uang dan harta yang telah "dikontribusikan".  

"Tolong tulis detail, ya! Berapa penghasilanmu tahun ini? Berapa yang sudah kami ambil? Jangan sampai kurang hitung!"*  

Bukan untuk mengembalikan uang rakyat, oh tidak! Tujuannya justru untuk mengecek:  
"Apakah masih ada sisa yang bisa kami rampok tahun depan?" 

Kalau ada yang berani tidak lapor? Wah, siap-siap diuber petugas dengan senyum paling menyeramkan di dunia. 

Rakyat: Sapi Perah yang Tersenyum Pasrah.
Akhirnya, rakyat negeri Entah Berantah pun pasrah. Mereka ibarat sapi perah — setiap hari diperah, tapi harus tetap tersenyum.  

"Daripada dipenjara, lebih baik ikhlas," bisik seorang pedagang sambil memeluk kalkulatornya yang sudah mulai rewel menghitung uang yang dirampas. 

Dan begitulah, Negeri Entah Berantah tetap makmur … bagi yang berkuasa. Sedangkan rakyat? Mereka hanya bisa tertawa getir, sambil berharap suatu hari nanti, dongeng lucu ini berubah menjadi kisah nyata yang adil.  

~ Tamat ~

Catatan: Cerita ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan dengan dunia nyata, itu pasti kebetulan yang sangat menggelikan.