Unik, Ibu-Ibu di Gampong Tijien Daboh Ulim Manyum Tika Daun Pandan Berduri
Foto : Sejumlah Ibu-ibu di Tijien Daboh Kecamatan Ulim Pidie Jaya Anyam Tikar Pandan Berduri | LIPUTAN GAMPONG NEWS
Liputangampongnews.id - Warga satu Gampong di Desa Tijien Daboh, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, ramai ramai menganyam tikar Daud pandan setiap hari di bawah rumah adat aceh.
Menurut Mahdalena salah seorang penganyam tikar pandan menyebutkan bahwa menganyam tikar dari bahan baku daun pandan berduri ini sudah menjadi rutinitas para kaum hawa di desa tersebut setiap harinya.
Menganyam tikar atau Mayum tika ini merupakan tradisi turun temurun dari masa nenek moyang mereka, kegiatan ini merupakan kegiatan kesibukan dari pada kaum hawa pada hari-hari biasa untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga mereka.
"Untuk harga nya di bandrol bervariasi dari harga tikar ambal mencapai satu jutaan, tikar meter satu pasang 600,000 ribu rupiah, tikar petak harga 200,000 ribu rupiah, tikar putih harganya seratus lima puluh ribu rupiah, tikar bunga 250,000 ribu rupiah sedangkan tikar musalah hanya di bandrol 120,000 ribu rupiah," sebut Mahdalena.
Selain itu proses pembuatan atau penganyaman tikar atau tika daun pandan berduri ini membutuhkan waktu yang sangat lama dari mencari bahan baku hingga proses pembuatannya.
"Pertama-tama kita harus kehutan di mana ada nya pohon pandan berduri untuk membelinya, kemudian proses memotong dan membungkusnya untuk di angkut kerumah," terangnya.
Mahdalena menyatakan bahwa proses pembuatan yang paling cepat yaitu cuma tikar musalah yang paling cepat selesai hanya butuh waktu dua hari pekerjaan, namun yang paling lama merupakan tikar meter yang panjang nya hanya empat meter dengan waktu selesai pekerjaan satu bulan.
Di masa jaman dahulu tikar-tikar ini di pergunakan untuk keperluan sehari-hari dari menjadi tempat tidur, duduk, hingga untuk menunggu tamu di karenakan masa itu tak adanya tikar moderen, bahkan tikar tikar ini banyak di jumpai sebagai tempat duduk dimasa kerajaan Aceh.
"Banyak perlu tikar ini dulu nya karena sudah di buat dari masa nenek moyang, sebab keperluan tikar ini bisa di gunakan untuk berbagai hal, seperti tempat duduk tamu, tempat sembahyang, untuk membalut keranda orang meninggal,"terangnya.
Bahkan tikar ini banyak manfaat nya selain bisa di gunakan untuk sehari hari tikar daun pandan berduri juga bagus untuk kesehatan karena bahan baku nya langsung mengunakan bahan alami.
Mahdalena menceritakan proses pembuatannya dari mencari daun pandan, membersihkan dari duri, terus di belah menjadi kecil kecil, dan di gosok, di rebus, terus di rendam satu malam kemudian di jemur di terik matahari selama satu hari, habis itu di rebus lagi di beri warna sesuai dengan motif yang di inginkan kemudian jemur kembali selama setengah hari,akhirnya kembali di gosok agar lembut.
Kemudian akhir nya baru masuk proses penganyaman, namun dengan masa moderen para penganyaman tikar pun mulai sudah kurang terlihat di Aceh, tetapi tikar- tikar ini masih banyak di minati oleh warga aceh sebagai pelengkapan rumah tangga. (**)