16 November 2025
Daerah

Petua Panglima Hukom Nanggroe, Mendagri Dianugerahi Gelar Kehormatan dari Wali Nanggroe Aceh

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDMenteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D, menerima gelar kehormatan “Petua Panglima Hukom Nanggroe” dari Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh, Tgk. Malik Mahmud Al-Haytar. Penganugerahan ini menjadi bentuk penghormatan mendalam dari rakyat Aceh kepada sosok Mendagri yang dinilai memiliki kontribusi besar dalam memperkuat hubungan antara Aceh dan Pemerintah Pusat, sekaligus menjunjung tinggi nilai hukum, keadilan, dan persatuan bangsa.

Turut hadir dalam momen bersejarah itu, Wakil Bupati Pidie Jaya Hasan Basri, ST, MM bersama Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setdakab Pidie Jaya, M. Riza Andika, S.Sos, M.Si. Keduanya hadir mewakili Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya untuk menyampaikan langsung apresiasi dan ucapan selamat atas anugerah yang diberikan oleh Lembaga Wali Nanggroe. Kehadiran mereka menjadi simbol dukungan daerah terhadap upaya mempererat sinergi Aceh dengan Pemerintah Pusat melalui penghormatan adat yang luhur.

“Penganugerahan ini merupakan kebanggaan tersendiri, karena diberikan oleh lembaga resmi yang diakui secara hukum dan sosial, yakni Wali Nanggroe Aceh,” ujar Hasan Basri. Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya memandang penghargaan ini sebagai momentum penting dalam menjaga nilai adat dan kehormatan Aceh, sekaligus memperkuat komitmen terhadap pemerintahan yang berkeadilan.

Sementara itu, Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, menyebut bahwa gelar kehormatan yang diterima Mendagri merupakan bentuk apresiasi atas kiprahnya dalam membina hubungan pusat dan daerah. “Semoga gelar ini menjadi simbol persaudaraan yang mempererat silaturahmi antara Aceh dan Pemerintah Pusat serta menginspirasi kita semua dalam menjunjung tinggi nilai hukum dan keadilan,” ujarnya penuh harap.

Upacara penganugerahan berlangsung khidmat di Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, dihadiri para pejabat pemerintah pusat dan daerah, unsur Forkopimda, tokoh masyarakat, serta lembaga adat. Prosesi peusijuek turut mewarnai acara, menegaskan makna sakral dan nilai budaya yang melekat dalam setiap gelar kehormatan yang diberikan oleh rakyat Aceh kepada tokoh bangsa. (**)