15 September 2025
News

Nepal Chaos, Gen Z Guncang Negeri Seribu Kuil

Foto : Dok. Google Images | LIPUTAN GAMPONG NEWS

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDNepal kini terjebak dalam kekacauan politik setelah Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli resmi mengundurkan diri pada 9 September 2025. Keputusan itu datang di tengah gelombang protes besar-besaran yang dipimpin generasi muda atau Gen Z, yang sejak awal menolak pembatasan media sosial dan menuntut pemberantasan korupsi, Rabu (10/9).

Demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi kerusuhan berdarah. Sedikitnya 19 orang dilaporkan tewas, mayoritas anak muda, akibat bentrokan dengan aparat yang menggunakan gas air mata, peluru karet, bahkan peluru tajam. Gedung parlemen hingga kantor partai-partai besar dibakar massa, menandai krisis politik terparah di Nepal dalam beberapa dekade.

Tragedi semakin memilukan ketika rumah mantan Perdana Menteri Jhala Nath Khanal ikut menjadi sasaran amuk massa. Kediaman tersebut dibakar hingga rata dengan tanah. Istri Khanal, Rajyalaxmi Chitrakar, terjebak dalam kobaran api dan meninggal dunia meski sempat dilarikan ke rumah sakit. Peristiwa ini menjadi simbol betapa ganasnya gelombang protes yang mengguncang Kathmandu.

Reuters melaporkan, pasukan militer kini berpatroli di jalan-jalan ibu kota. Jam malam diberlakukan tanpa batas waktu yang jelas. Namun, meski aparat dikerahkan dalam jumlah besar, suasana tetap mencekam. “This uprising underscores Nepal’s fragile democracy,” tulis The Washington Post, menyoroti rapuhnya demokrasi Nepal yang kini kehilangan arah.

Di tengah kekosongan kepemimpinan, seruan “chaos in Kathmandu” ramai diberitakan media internasional. Times of India menilai, krisis kali ini bukan sekadar pergantian pemimpin, melainkan krisis legitimasi yang membuat Nepal benar-benar tanpa figur kuat untuk menenangkan rakyatnya. Para demonstran menegaskan tidak akan berhenti hingga ada reformasi menyeluruh.

Gerakan ini dipimpin oleh jaringan aktivis muda seperti Hami Nepal yang terorganisir lewat media sosial alternatif, sebuah ironi karena krisis bermula dari larangan platform digital. Mereka menolak kompromi politik semata dan menuntut solusi nyata atas korupsi, ketidakadilan ekonomi, serta masa depan generasi muda.

Sejumlah tokoh lokal, termasuk Wali Kota Kathmandu Balendra Shah, menyerukan dialog dan ketenangan. Namun, tanpa kehadiran pemimpin nasional yang sah, Nepal kini terjebak dalam kekacauan yang belum terlihat ujungnya. “Masa depan negeri ini ada di tangan generasi muda,” tulis Reuters, menutup laporannya tentang gelombang protes yang kini meninggalkan Nepal tanpa arah dan tanpa pemimpin. (**)