15 Juni 2025
Opini

Keserakahan Mengancam Masa Depan: Raja Ampat Terluka, Pulau-Pulau Aceh Dicaplok

Oleh: Fakhrurrazi,M.Si - Alumnus Magister Ilmu Kebencanaan USK

"Bumi ini cukup untuk tujuh generasi, namun tidak akan pernah cukup untuk tujuh orang serakah." ~ Mahatma Gandhi.

OPINI - Kata-kata Mahatma Gandhi terasa seperti teguran yang hidup, terutama ketika kita menyaksikan kerusakan yang terus menggerogoti surga-surga tropis Indonesia dari Raja Ampat hingga pulau-pulau kecil di ujung barat Nusantara. Negeri yang semestinya diberkahi keindahan alam untuk dinikmati oleh anak cucu kini justru dijarah atas nama pembangunan, investasi, dan yang paling kejam keserakahan.

Raja Ampat, Surga yang Dilecehkan

Raja Ampat bukan hanya wilayah administratif di Papua Barat Daya, ia adalah warisan ekologi dunia. Namun apa yang terjadi sekarang? Terumbu karang hancur karena kapal-kapal mewah dan tambang, plastik berserakan seperti mimpi buruk yang tak pernah usai, dan suara burung cenderawasih makin jarang terdengar. Setiap keputusan yang merusak keanekaragaman hayati di sana adalah vonis yang dijatuhkan kepada tujuh generasi mendatang. Kita membunuh masa depan demi keuntungan sesaat.

Aceh, Empat Pulau yang Hilang Diam-Diam

Baru-baru ini, empat pulau kecil di wilayah Aceh, secara mengejutkan tercatat dalam peta milik provinsi tetangga. Klaim ini bukan hanya mencederai kedaulatan wilayah, tapi juga mencerminkan bagaimana keserakahan geopolitik bisa terjadi secara sistematis, bahkan dalam tubuh satu negara.

Pulau-pulau ini bukan sekadar daratan, melainkan identitas, sejarah, dan hak hidup nelayan-nelayan kecil Aceh. Di balik diamnya pemberitaan nasional, terdapat jejak perlawanan masyarakat lokal, yang dengan segala keterbatasan, mencoba mempertahankan hak mereka terhadap tanah, laut, dan nama.

Keserakahan, Wajah Baru Kolonialisme

Kita hidup di zaman ketika penjajahan tidak lagi datang dengan senjata, melainkan dengan investasi, proyek strategis nasional, dan administrasi yang disusupi agenda tersembunyi. Baik Raja Ampat maupun pulau-pulau Aceh menjadi korban dari sistem yang gagal memuliakan kearifan lokal dan mempertahankan kedaulatan ruang hidup.

Ini bukan lagi soal pilihan antara pembangunan atau konservasi. Ini adalah soal keadilan generasional. Apakah kita ingin dikenal sebagai generasi yang merusak segalanya demi profit sesaat?

Seruan Moral dan Tanggung Jawab

Kita tidak bisa terus diam. Pemerintah pusat dan daerah harus menghentikan segala bentuk eksploitasi dan agresi wilayah. Masyarakat sipil, aktivis, tokoh agama, dan pemuda harus menyuarakan ini dengan lantang. Dunia harus tahu, bahwa ada suara-suara dari Indonesia bagian timur dan barat yang menjerit karena tanahnya dirampas, lautnya dikuras, dan anak cucunya diabaikan.

Mari kita jaga Raja Ampat, kita rebut kembali pulau-pulau Aceh. Karena bumi ini bukan milik kita semata ia adalah titipan dari generasi yang akan datang.