Jejak Controler Belanda di Meureudu: Dari Kantor Kolonial ke Pendopo Wakil Bupati Pidie Jaya
Foto : Pendopo Wakil Bupati Pidie Jaya | LIPUTAN GAMPONG NEWS
LIPUTANGAMPONGNEWS.ID - Kalau kita lewat di pusat Kota Meureudu hari ini, ada sebuah bangunan klasik yang menjadi simbol pemerintahan daerah, yakni Pendopo Wakil Bupati Pidie Jaya. Tak banyak yang tahu, gedung itu dulunya adalah rumah sekaligus kantor para pejabat kolonial Belanda, yang disebut controler. Dari situlah, selama puluhan tahun mereka mengatur jalannya roda pemerintahan di Meureudu.
Kisahnya bermula tahun 1905, ketika seorang controler pertama bernama Kapten Pelsing ditugaskan di Meureudu. Ia adalah pejabat sipil kolonial dengan wewenang luas, mulai dari mengatur administrasi hingga memastikan kebijakan Belanda berjalan mulus di tanah Aceh. Sejak itu, Meureudu menjadi salah satu titik penting bagi Belanda dalam menjaga cengkeramannya di Aceh.
Setelah Pelsing, deretan controler lain silih berganti menempati kursi kekuasaan itu. Ada nama De Beer, Van De Putte, Van De Velde, hingga Mr. Gerritsen. Mereka datang dan pergi, tapi tugasnya tetap sama, yakni menjaga kepentingan kolonial di bawah bendera Belanda. Uniknya, ada juga yang sempat menjabat lebih dari satu kali, menandakan betapa strategisnya posisi controler di Meureudu.
Namun, tidak semua masa jabatan berjalan aman. Tigelmann, salah seorang controler yang cukup dikenal, menemui ajal tragis. Ia tewas dibunuh di Seulimum pada 1942, sebuah peristiwa yang memperlihatkan betapa perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajah tidak pernah benar-benar padam, meski Belanda berusaha menancapkan kuku kekuasaannya dengan kuat.
Bangunan tempat para controler berkantor menjadi saksi bisu segala dinamika itu. Dengan gaya arsitektur kolonial yang kokoh, rumah dinas tersebut dulu adalah simbol otoritas Belanda. Kini, seiring perubahan zaman, gedung itu justru beralih fungsi menjadi pendopo wakil bupati, sebuah rumah rakyat yang dipimpin oleh putra daerah sendiri. Transformasi yang sarat makna, dari simbol penjajahan menjadi simbol kedaulatan.
Catatan sejarah tentang controler Belanda di Meureudu ini dikutip dari catatan yang tulis oleh Alm. Drs. T.H. Ya’qub A’li, salah seorang Wedana Meureudu. Ia menuliskan daftar nama controler yang bertugas sejak 1905 hingga 1937, sehingga generasi sekarang bisa memahami jejak kolonial yang pernah bercokol di daerah mereka.
Sejarah ini memberi kita cermin. Dulu, rakyat Aceh harus hidup dalam tekanan kebijakan kolonial. Kini, di tempat yang sama, rakyat bisa menyaksikan pemimpin daerahnya bekerja dengan semangat demokrasi. Dari pendopo yang sama, kisahnya berubah, bukan lagi suara perintah penjajah, melainkan suara rakyat yang menentukan arah masa depan.
Menyusuri lorong waktu di Meureudu, kita seakan diajak menyadari betapa perjalanan sejarah penuh liku. Dari controler Belanda yang berkuasa, ke rakyat Aceh yang melawan, hingga kini menjadi pusat pemerintahan daerah. Semua itu terpatri dalam satu bangunan yang berdiri kokoh di jantung kota Meureudu yaitu Pendopo Wakil Bupati Pidie Jaya. (**)