28 September 2025
Opini

Belajar Bersyukur dari Alam Semesta dan Kehidupan di Sekitarnya

Foto : Dok. Google Images / Kerbau dan burung jalak hidup dalam simbiosis mutualisme, di mana kerbau terbebas dari kutu sementara burung jalak mendapat makanan. | LIPUTAN GAMPONG NEWS

OPINI - Allah SWT menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya dengan penuh kesempurnaan. Gunung yang berdiri gagah, lautan yang luas membentang, pepohonan hijau yang menyejukkan, hingga aneka makhluk hidup yang beraneka ragam, semuanya merupakan bagian dari skenario ilahi. Setiap ciptaan hadir bukan tanpa maksud, melainkan menjadi tanda kebesaran-Nya yang harus direnungi. Manusia, binatang, tumbuhan, hingga hewan kecil yang hampir tak terlihat mata, semuanya berada dalam ketetapan Allah yang penuh hikmah.

Manusia, sebagai makhluk yang dianugerahi akal, pikiran dan agama, memiliki kedudukan istimewa. Allah menciptakan kita dalam bentuk yang sempurna, bukan hanya untuk hidup di dunia, tetapi juga untuk menjadi khalifah yang menjaga keseimbangan alam. Kesadaran akan keindahan ciptaan Allah seharusnya menumbuhkan rasa takzim dalam diri manusia, bahwa semua ini hanyalah titipan dari Sang Maha Pencipta. Menjaga alam berarti menjaga amanah yang dititipkan-Nya.

Keteraturan alam yang begitu rapi menunjukkan betapa detailnya Allah mengatur setiap kehidupan. Burung yang hinggap di tubuh kerbau atau kuda, membantu membersihkan parasit yang menempel, adalah salah satu contoh nyata. Hewan besar itu merasakan manfaat, burung pun mendapat rezeki. Inilah harmoni ciptaan Allah: makhluk besar dan kecil saling mendukung, membuktikan bahwa tidak ada satu pun ciptaan-Nya yang sia-sia.

Lautan luas pun menyimpan tanda-tanda kebesaran Allah. Dari sana, manusia mendapat rezeki berupa ikan, garam, mutiara, hingga jalur perdagangan yang menghubungkan satu bangsa dengan bangsa lain. Sementara di daratan, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan memberi kehidupan. Mereka menyediakan oksigen, buah-buahan, kayu, dan tempat berteduh. Semua ini diciptakan Allah sebagai wujud kasih sayang-Nya, agar manusia dan seluruh makhluk dapat hidup dalam kelimpahan.

Langit yang terbentang tanpa tiang, matahari yang terbit dan tenggelam dengan teratur, bulan yang menerangi malam, serta bintang yang berkelip di langit, adalah tanda kekuasaan Allah yang tiada tara. Jika direnungi lebih dalam, keteraturan ini adalah anugerah Allah yang berlangsung setiap hari tanpa henti. Tidak ada satu pun manusia yang mampu menandingi atau menandaskan kuasa Sang Maha Pengatur.

Namun, manusia sering kali diliputi kecemasan tentang rezeki. Padahal Allah telah menetapkan bagian masing-masing makhluk sejak awal. Manusia hanya diminta berusaha, bekerja, dan berdoa. Bekerja bukan semata soal materi, tetapi ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Rezeki itu sendiri adalah urusan Allah; datangnya bisa lewat jalan yang tak pernah kita duga.

Lihatlah pohon-pohon yang tumbuh di pegunungan dan di pinggir jalan. Tidak ada yang menanam, tidak ada yang menyiram, tetapi mereka tetap tumbuh, menghijau, dan menjulang. Mereka tidak punya kaki untuk berjalan, tangan untuk bekerja, atau mulut untuk meminta, namun Allah tetap mencukupi kebutuhan hidupnya. Jika pohon saja dijamin rezekinya, apalagi manusia yang diberi tenaga, akal, dan pikiran serta doa.

Rasa syukur adalah kunci ketenangan hati. Bersyukur menjadikan hidup terasa cukup, meski mungkin apa yang dimiliki tidak seberapa. Syukur membuat hati lapang, sementara keluh kesah hanya membuat jiwa sempit. Dengan syukur, manusia belajar bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Dalam kehidupan, ujian dan cobaan adalah keniscayaan. Namun, di balik itu semua, selalu tersimpan hikmah dan nikmat yang lebih besar. Sayangnya, manusia kerap sibuk menghitung penderitaan daripada mensyukuri anugerah. Padahal, setiap detik kehidupan, setiap hembusan napas, setiap tetes hujan, semuanya adalah nikmat Allah yang tak ternilai.

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman). Hal ini seharusnya menggugah kesadaran kita. Bersyukurlah hingga lupa bagaimana cara kita mengeluh. Sebab seluruh kehidupan, dari hal kecil hingga yang besar, adalah anugerah dari Allah yang wajib kita syukuri dan jaga dengan penuh kesadaran iman. (TS)