15 September 2025
Kisah

Abdullah Rasyid, Warga Miskin Lumpuh di Meugit Kayee Panyang Merindukan Kursi Roda

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDDi sebuah rumah sederhana, Abdullah Rasyid, warga Gampong Meugit Kayee Panyang, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, hanya bisa terbaring pasrah. Kelumpuhan yang dideritanya membuat tubuhnya tak lagi mampu bergerak bebas, sementara kasur tipis yang lapuk menjadi satu-satunya alas tempat ia beristirahat. Sehari-hari, hidupnya bergantung penuh pada keluarga yang juga hidup dalam serba keterbatasan, Minggu (30/8).

Sejak sakit, aktivitas Abdullah nyaris terhenti total. Untuk sekadar berpindah posisi pun, ia membutuhkan bantuan orang lain. Kondisi itu membuat keluarganya kian kewalahan. Namun di balik segala kesulitan, harapan sederhana tetap ada, impian sebuah kursi roda yang bisa sedikit meringankan beban, agar ia tidak hanya terbaring di kasur sepanjang waktu.

Permintaan itu bukanlah sesuatu yang muluk. Bagi sebagian orang, kursi roda mungkin barang biasa. Tetapi bagi Abdullah Rasyid, kursi roda adalah jembatan kecil untuk mendapatkan kembali ruang gerak, sekaligus mengurangi beban keluarga yang setiap hari harus mengangkat dan mengurusinya.

Pihak keluarga sebenarnya sudah berusaha mencari bantuan. Mereka mendatangi Dinas Sosial dan P3A Pidie Jaya untuk memohon kursi roda. Namun jawaban yang didapat justru membuat mereka pulang dengan kecewa, stok kursi roda kosong, tidak tersedia untuk saat ini. Keluarga hanya bisa berharap janji itu bukanlah penolakan, melainkan penundaan yang segera ada kepastian.

Dengan segala keterbatasan, Abdullah dan keluarga tak mampu membeli kursi roda. Jalan satu-satunya, mereka berharap uluran tangan pemerintah, baik dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, maupun lembaga donor lainnya. Harapan itu pun disampaikan lewat media, sebagai upaya terakhir agar suaranya terdengar dan sampai pada pihak-pihak yang peduli. “Kalau ada kursi roda, setidaknya abang bisa keluar sebentar lihat halaman, tidak hanya terbaring di kasur. Kami juga lebih mudah membantunya,” ucap salah seorang anggota keluarga dengan suara lirih, penuh harap.

Kini, Abdullah Rasyid dan keluarganya hanya bisa menunggu. Apakah permohonan mereka akan sampai dan berbuah kebaikan? Kursi roda yang diharapkan bukan hanya sekadar alat bantu, melainkan simbol kepedulian bahwa pemerintah hadir bagi rakyatnya, terutama mereka yang terpinggirkan. Sebab di balik wajah lemah dan tubuh rapuh Abdullah, ada doa yang terus dipanjatkan, semoga suatu hari ia bisa kembali melihat dunia dari kursi roda yang layak, bukan hanya dari atas kasur lapuk. (**)