08 Juli 2025
Kisah

Dokter Rahmani: Teladan Hidup untuk Nakes Lain

LIPUTANGAMPONGNEWS.IDDi antara para kepala puskesmas yang berdedikasi di Kabupaten Pidie Jaya, nama dr. Rahmani tak pernah luput disebut. Beliau adalah Kepala Puskesmas Bandar Dua, sosok yang tidak hanya dikenal karena pengabdiannya, tapi juga karena energinya yang tak pernah padam meski usia telah membawanya semakin dekat dengan masa pensiun, hanya tiga tahun lagi.

Saya mengenal dr. Rahmani bukan karena jabatan atau prestasinya kini, tapi karena momen yang menyelamatkan hidup ayah saya di masa lalu. Kala itu, sekitar tahun 1990-an, ayah saya terjatuh saat sedang menggoreng kopi pekerjaan yang menjadi sumber nafkah kami. Salah seorang dari kami segera berlari ke puskesmas meminta bantuan. Tak berselang lama, dr. Rahmani datang dengan langkah sigap, menembus jarak sekitar 800 meter tanpa keluhan, langsung memberi pertolongan medis. Bila saja beliau terlambat sedikit saja, mungkin ayah saya sudah terkena stroke hemoragik, atau lebih buruk: kehilangan nyawa.

Puluhan tahun berlalu, takdir kembali mempertemukan kami kali ini sebagai rekan dalam tim kerja pelayanan kesehatan. Saya bertugas di Dinas Kesehatan, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap puskesmas-puskesmas di wilayah ini. Di antara semua kepala puskesmas yang saya temui, dr. Rahmani tetap menjadi yang paling enerjik, penuh semangat seolah usia hanya angka. Sering kali di malam hari menjelang pagi diantara pukul 01.00- 04.00 dini hari, saya menyaksikan sendiri beliau menangani pasien kritis di UGD. Itu bukan kejadian luar biasa bagi dia, karena memang itulah kebiasaannya: selalu hadir ketika dibutuhkan.

Delapan tahun terakhir ini, saya melakukan riset kecil-kecilan tentang apa yang membuat beliau begitu bertenaga dan tampak selalu muda. Saya menemukan dua "resep mujarab" yang mungkin bisa jadi pelajaran untuk kita semua. Pertama, hiduplah untuk orang lain. Ketika seseorang menjalani hidup dengan niat membantu sesama, sesuai profesinya, maka keikhlasan itu akan dibalas Allah dengan kekuatan dan kemudahan. Kedua, jadilah dermawan. Suka memberi, entah dalam bentuk sedekah, tenaga, atau waktu, membuat seseorang senantiasa bahagia dan ringan menjalani hari.

Tentu saja, bagi yang baru mengenalnya, gaya bicara dr. Rahmani bisa terdengar kasar dan sarkas. Tapi percayalah, di balik tutur kata itu tersimpan keikhlasan dan ketulusan luar biasa. Bila direnungkan, setiap kalimat beliau adalah nasihat yang menuntun, bukan menjatuhkan. Beliau adalah pemimpin yang rendah hati, disegani bukan karena kekuasaan, melainkan karena keteladanan.

Salah satu indikator yang tak terbantahkan bahwa beliau berhasil menjadi pelayan bermutu di Puskesmas Bandar Dua adalah jumlah kepesertaan BPJS yang jauh melebihi jumlah penduduk di wilayah kerja. Tercatat penduduk di 20 desa wilayah Bandar Dua berjumlah sekitar 12.000 jiwa, namun jumlah peserta BPJS yang terdaftar di Faskes Puskesmas Bandar Dua melebihi 14.000 jiwa. Ini menjadi bukti kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan yang beliau bina.

Sebagaimana kata-kata inspiratif dari Albert Schweitzer, seorang filsuf dan humanis:
"The purpose of human life is to serve, and to show compassion and the will to help others."
(Tujuan hidup manusia adalah untuk melayani, menunjukkan kasih sayang, dan keinginan untuk membantu sesama.)

Dan dalam Islam, Rasulullah SAW telah mengajarkan:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)

Maka tak salah bila banyak orang menyebut dr. Rahmani bukan hanya sebagai tenaga kesehatan, tapi juga sebagai anugerah bagi masyarakat Bandar Dua. ( FR)